Jumat, Juli 11, 2008

EKSPEDISI JELAJAH KRUENG TEUNOM 2008











INI ADALAH TULISAN EJKT YANG DILAKUKAN OLEH UKM PA LEUSER UNSYIAH PADA BULAN APRIL 2008. Ini merupakan penjelajahan pertama oleh sebuah organisasi kepencintalaman. Jelajah ini merupakan susur sungai di sepanjang tepi bagian kiri krueng Teunom ditambah dengan pendokumentasian perjalanan baik berupa fhoto atau pun film kegiatan.


by. TIM EJKT '08 UKM PA LEUSER UNSYIAH.



EKSPEDISI JELAJAH KRUENG TEUNOM

MAPALA LEUSER UNSYIAH 2008

Unit Kegiatan Mahasiswa Pencinta Alam LEUSER Universitas Syiah Kuala kembali mengadakan kegiatan eksplorasi sungai dalam paket ekspedisi alam bebas. Ekspedisi ini bernama “Jelajah Krueng Teunom 2008” yang telah diselenggarakan dari tanggal 3 s/d 19 April 2008. Kegiatan yang disponsori oleh Meucica Adventure ini merupakan agenda perdana penelusuran di Sungai (krueng dalam bahasa Aceh disebut sungai_red) Teunom – Nanggroe Aceh Darussalam ini. Kegiatan ini juga merupakan Program Besar Pengurus UKM-PA LEUSER UNSYIAH periode 2007/2009.

Krueng Teunom adalah adalah salah satu sungai besar yang berada dalam wilayah Nanggroe Aceh Darusalam tepatnya (80 %) berada di wilayah Kabupaten Pidie selain sebagian hilirnya masuk dalam wilayah Aceh Jaya. Sungai dengan total panjang lebih 70 km ini berasal dari 3 (tiga) Sub Daerah Aliran Sungai utama yaitu Krueng Geumpang, Krueng Tangse dan Krueng Sikuleh yang mengairi 3 Kabupaten di Nangggroe Aceh Darussalam yaitu Kabupaten Pidie, Kabuapten Aceh Barat dan Kabupaten Aceh Jaya.

Ekspedisi yang dirancang selama 4 bulan ini berlangsung selama 15 hari perjalanan dengan 12 hari berada (dalam penelusuran) di sungai dan 3 hari di hutan untuk “keluar” dari sungai. Tujuan kegiatan ini adalah untuk melakukan observasi dan pemetaan sungai untuk jalur pengarungan (rafting) serta memperoleh dokumentasi bentang alam sekitar (foto dan video) selain mengamati kehidupan sosial masayarakat setempat. Walaupun panjang sungai mencapai ± 55 km, namun pada penjelajahan di kawasan ini Tim Ekspedisi hanya mengambil track sepanjang 17 km dari start point Kr. Teunom hingga Kawasan Kuala Geupoh, Geumpang. Meskipun dengan jarak demikian, dari hasil pemetaan sungai yang dilakukan oleh Tim yang terdiri dari Said Murthaza Al Mahdaly (Ketua Tim), Uun Fajaruna (fotografer dan kameramen), Abdul Hadi (Koord. River Mapping), Mukhiyar Ali (Navigator) dan M.Aritanoga (Leader) memperlihatkan disalah satu track Krueng Teunom terdapat jeram-jeram dengan grade III+, IV+ dan grade V (extreme difficult). Oleh beberapa kalangan Pencinta Alam baik di Aceh maupun diluar Aceh, karakter sungai ini masih menjadi topik yang menarik diperbincangkan apalagi bila dikaitkan dengan kegiatan rafting (Arung Jeram). Dimana sungai ini masih sangat “hidden” untuk dijadikan ajang ORAD dibanding Sungai Alas, Krueng Tripa atau Krueng Peusangan yang sebenarnya masih setara atau dibawah Krueng Teunom dari sisi akses dan kesulitan scouting dilapangan. Hal ini dikarenakan untuk mengarungi sungai ini, diperlukan observasi dan survey (jalur pengarungan) akurat yang hanya dapat dilakukan dengan penjelajahan (susur sungai) selama lebih dari semingu. Lamanya penelusuran (penjelajahan) sungai ini karena medan yang dilalui sepanjang tepi sungai ini bervariasi. Mulai dari high walking, tracking, snappring, scrambling, hingga rock climbing. Dan untuk mewujudkan kenyataan mengarungi sungai ini, setiap pegiat Arung Jeram seyogyanya harus mau “mengambil” tantangan untuk mengadakan eksplorasi sepanjang sungai sebelum melakukan ekspedisi Arung Jeram. Tentunya dengan persiapan matang dan fisik yang prima. Atau dengan kata lain, dibutuhkan ekplorasi dalam skala yang relatif besar untuk mewujudkan impian mengarungi sungai ini. Persiapan ekspedisi ini sendiri dimulai sejak medio Desember 2007. Dimulai dari survey awal profil lokasi start ekspedisi, pembentukan Tim serta persiapan lainnya. Dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak termasuk Pemda Pidie serta Muspika Mane (salah satu kecamatan dalam Wilayah Pidie – NAD) sangat berguna untuk kesuksesan dan keberhasilan ekspedisi penjelajahan ini.

Skenario dan strategi yang matang dipersiapkan oleh Tim dengan segala kemungkinan-kemungkinan terburuk termasuk mempersiapkan Tim Tracker untuk antisipasi-antisipasi kondisi emergency. Tim yang diberangkatkan dalam kegiatan ini berjumlah 5 orang yang telah melalui proses seleksi diBanda Aceh selama 2 minggu.

Cerita duka yang terjadi di Krueng Teunom ini membuat adrenaline Tim berpacu saat menyusurinya. Tragedi yang memilukan terkahir terjadi adalah di tahun 2007 dimana satu unit mobil penumpang jenis Mitsubishi L300 yang menuju Banda Aceh dari Meulaboh terjungkal ke sungai (berdekatan dengan start eksplorasi Tim) yang menyebabkan 6 orang meninggal ditempat dan 3 orang dinyatakan hilang terbawa arus yang sampai sekarang belum diketahui jenazahnya. Upaya pencarian juga telah dilakukan secara maksimal namun belum menunjukkan hasil. Saat Tim Ekspedisi Mapala LEUSER Unsyiah sedang melakukan penelusuran, Tim menemukan salah satu bagian dari mobil tersebut di jarak kurang lebih 4 km dari titik kecelakaan. Bagian-bagian mobil yang lain juga telah ditemukan oleh warga seperti pintu mobil dan ain-lain yang bentuknya nyaris tidak dikenali lagi. Dijarak 2 km dari start Tim menemukan bangunan berupa Alat Ukur Air yang menurut warga merupakan buatan Jepang ditahun 1970-an.

Hari-hari selama perjalanan, Tim selalu ditemani oleh kesunyian lembah dan riam jeram yang setia mengantar Tim menembus lembah rimba raya Krueng Teunom. Berada di sungai selama 13 hari dengan agenda utama pemetaan dan dokumentasi, Tim terpesona dengan bentang alam yang disajikan oleh sungai ini. Mulai dari waterfall dengan ketinggian rata-rata 10 – 15 meter yang jumlahnya mencapai puluhan ditepi sungai, bibir-bibir sungai yang berbatu (rapi tertata) layaknya buatan manusia, flat sepanjang 200-300 meter dengan diapit tebing-tebing alam, delta berpasir yang banyak ditemukan selama penjelajahan namun tidak ter_proyeksi di peta, pantai-pantai berpasir, kanopi-kanopi tebal yang menyuguhkan keteduhan dan yang pasti hijau dan alaminya hutan primer disepanjang sungai. Namun tidak selamanya keindahan dibayar murah. Ada klise dibaliknya. Serangan agas dimalam hari mampu menyerang seluruh bagian tubuh tak terkecuali kepala (rambut), parasit penghisap darah secara perlahan membuat Anggota Tim banyak kehilangan darah meski menggunakan gaiter atau kaos kaki, “serangan” kutu air, fluktuasi suhu lembah serta kewaspadaan terhadap bandang yang bisa sewaktu-waktu datang dimalam hari.

Penjelajahan disungai selama 13 hari akhirnya berhasil diselesaikan yang ditandai dengan sampainya Tim dititik muara Krueng Geupoh (salah satu Sub DAS Teunom). Ada yang mengejutkan disekitar lolaski yang berjarak 12 km dari pemukiman terdekat ini yaitu ditemukannya bangkai truk sebanyak 2 unit yang diperkirakan telah lebih 10 tahun ditinggalkan. Seperti tergambar dalam peta, disekitar Muara Kr. Geupoh terdapat akses jalan non-aspal (untuk kendaraan jenis truk) menuju Geumpang sepanjang ± 12 km dari bibir sungai yang dibuat lebih dari 20 tahun yang lalu (menurut cerita masyarakat setempat). Kini jalan tersebut ditumbuhi semak belukar bahkan dibeberapa titik terdapat pohon yang berdiameter 5 – 10cm. Kini akses tersebut tidak lagi seperti tergambar di peta, melainkan telah banyak dibuat jalur-jalur alternatif oleh masyarakat yang pernah melintas disana. Sehingga sedikit membingungkan bagi Tim dalam pengambilan alternatif jalur yang efektif sebagai “escape route”.

Penjelajahan di rimba hutan Geumpang mewajibkan Tim menggunakan Navigasi Darat sebagai “guide” dalam perjalanan. Tim juga sempat melintasi G. Singgah Mata (± 500mdpl) yang berada dalam “Jalur Keluar” yang di plotting oleh Tim ketika telah menyelesaikan agenda di sungai. Pertarungan di rimba raya ini tak kalah menantangnya dibanding dengan saat disungai meskipun waktu atau temponya nyaris 3 : 1. Ketua Pelaksana Kegiatan, Uun Fajaruna yang juga merupakan Koord. Dokumentasi Tim juga beberapa kali mengalami kesulitan dalam pengambilan gambar dilapangan dikarenakan cuaca disekitar sungai dan kawasan hutan sering diguyur hujan.

Tentunya masih banyak lagi kisah-kisah perjalanan atau cerita-cerita dari Kr. Teunom atau tempat-tempat lain di Tanah Air ini. Sebagai bagian dari Pencinta Alam, sudah satnya Kita terus memaksimalkan eksplorasi-eksplorasi di kawasan-kawasan yang sangat jarang dikunjungi. Pastinya dengan tujuan yang bermanfaat serta menambah pengetahuan tentang potensi kekayaan alam yang Kita miliki. Terlepas tujuan akhir dari perjalanan adalah kembali dengan selamat dan pulang membawa manfaat (DoeL_21). Amien..

6 komentar:

  1. Salam Lestari Bro
    akhirnya ketemu juga dengan kawan lama, gimana mau ekspedisi di jawa tengah?

    BalasHapus
  2. Waduh, mantap that lagoe....long aneuk aceh chit....tp teungoh na di jogja.... Saleum meuturi.... :)

    BalasHapus
  3. ha..ha..
    biasa mantong tengku......
    salem kenal dari long tuang u tengku

    BalasHapus
  4. Salam Jabat Erat,
    Bravo GREENERS !
    Wah, bole tuh " aksi positif " dri kawan2 di LEUSER,kapan2 kita bisa mencoba " sesuatu yang juga bermakna " secara bersama di dalam bingkai " Eksplorasi " Potensi SDA Aceh untuk memberikan aksi penuh manfaat dari kita selaku anak aceh dan tentunya juga sebagai " pegiat yang seharusnya lebih giat untuk tujuan itu didalam proses yang memiliki kebermanfaatan tinggi bagi eksistensi kita sebagai makhluk berakal.
    Wassalam,
    [ GREENERS KUTARAJA ; Let's Adventure With Us ! ]

    BalasHapus
  5. Apapun yang kita buat tentunya punya nilai..tergantung point yang di tonjolkan..
    Gakda mati'a untuk perjalanan yang memberikan manfaat bagi orang banyak...Sabar,Tekun dan gak banyak tingkah..untuk sifat manusia yang sederhana...

    BalasHapus
  6. mantab banget ini barang, kapan kita tes lagi..

    BalasHapus