Selasa, Januari 19, 2010

KRUENG KALA WATER FALL


Siang itu aku terkejut dan langsung bergegas bangun dari tidur. Aku teringat janji dengan Ampon Denk (Usuluddin), bahwa kami akan berangkat hunting ke air terjun Lhong jam 9 pagi.

Aku langsung menuju salah satu warung kopi yang telah kami sepakati sehari sebelumnya. Saat tiba di warung kopi tersebut, aku basa-basi sejenak (he...he..) karena telah membuat dia menunggu....

Tepat jam 10:30 kami berangkat menuju air terjun Lhong, setelah menikmati secangkir kopi tentunya. Kami berangkat 3 orang. Dordi yang juga semeja dengan kami waktu kongkow di warung kopi juga tertarik untuk hunting bersama.

Jarak Banda Aceh_ Lhong kira-kira lebih kurang 40 km. Dapat di tempuh sekitar 1 jam perjalanan. Kamipun menyusuri jalan baru menuju Lhong bersama-sama. Jalan menuju Lhong saat ini sangat berbeda dengan kondisi setelah Tsunami 2004. Jika merunut-runut kebelakang, sebelum jalan ini selesai. Kita membutuhkan sekitar 2-3 jam perjalanan untuk sampai di Lhong. Karena kita harus melalui jalan yang belum jadi dan berlobang dimana-mana, yang tentunya kita tidak dapat melaju dengan lancar. Namun itu tidak lagi kita rasakan sekarang. Sekarang ini malah kita akan disungguhkan semacam terapi bagi jiwa jika kita melalui jalan ini. Dengan pemandangan laut lepas dan jalan yang luas, memberikan kita semacam sensasi lain.

Begitu kami sampai di air terjun. Suasana tidak begitu ramai. Maklum hari itu bukan lah hari minggu yang merupakan puncak kunjungan ke air terjun. Sesaat kami istirahat di sebuah kedai untuk menikmati suasana air terjun sambil istirahat setelah lelah berkendara satu jam lebih.

Disitu kami lihat anak kecil yang sedang melompat di bawah air terjun dan beberapa lagi sibuk berenang dengan gembiranya. Itu menjadi santapan empuk Ampon Denk dan Dordi dengan kamera masing-masing.

Beberapa saat setelah mereka menganbil gambar. Kami beranjak menuju arah hulu Krueng Kala. Karena disitu pun ada air terjun yang tentunya tidak seramai di bawah. Saat kami sampai di air terjun hulu beberapa pemuda kampung sedang asik-asiknya memancing ikan (ikan kerling-bahasa sekitar). Namun begitu melihat kami hendak mandi mereka dengan senangnya mempersilahkan kami mandi tanpa ada rasa terusik sedikit pun.

Disini air terjunnya tidak begitu tinggi namun ada ruang untuk kita berenang. Hal seperti itu tentunya memancing gairah kami bertiga untuk segera mandi dan merasakan kesejukan dan kesegaran airnya. Setelah puas mandi dan hunting. Kami bergegas pulang. Karena ada satu tempat lagi yang ingin kami tuju yaitu Geurutee. rencananya kami akan menikmati sunset di situ.


Namun apa hendak dikata kami tidak dapat melihat sunset karena berhubung cuaca mendung dan di laut hujan.


cerita@ fajaro
fhoto@ Dordi & Ampon Denk



»»  READMORE...

Selasa, Januari 12, 2010

SINERGISITAS

Entah kenapa tiba-tiba saja saya teringat akan sebuah bacaan yang menurut saya sangat menarik dan kiranya itu mampu memberi efek kepada siapa saja yang akan membacanya.....

Sambil menunggu bola antara Manchester city VS Blackburn Rovers. Saya pun menyalinnya ke blog ini. Lumayan, sebagai tambahan posting...(he...he...he...)

Selamat membaca...

Kisah bermula di sebuah Kongres Anggota Tubuh Manusia. Pak Jantung memimpin sesi sidang "Pemberian Penghargaan pada Anggota Tubuh Manusia Terpenting Tahun ini". Dalam pidato pengantarnya, Pak Jantung berkata, "Saudara-saudaraku sesama anggota tubuh, sebagaimana kita tahu tuan kita sangat menginginkan kita kinerja kesehatannya meningkat tahun ini. Peningkatan n hanya mungkin kalau kita semua memperbaiki kinerja masing-masing. Nah, untuk memicu peningkatan kinerja itu, tuan kita berkenan memberikan penghargaan kepada anggota tubuh terpenting. Untuk itu, kita harus menentukan siapa di antara kita yang layak untuk mendapatkannya".

Sidang seketika hening. Semua bingung karena sulit untuk menentukannya. Mas Mata merasa dirinya paing penting karena tanpa dirinya, tuannya pasti akan kelimpungan ketika berjalan. Jeng Bibir juga merasakan hal yang sama karena dialah juru bicala andalan tuannya. "Coba kalau saya mogok kerja, pasti tuan dikira bisu!" Pak Jantung tak mau kalah, "Kalu saya mogok kerja 1 detik saja. dunia pasti kiamat bung!" Akhirnya, ruangan kongres pun gaduh. Gaduh sana dan gaduh sini.

Sesaat kemudian, Pak Jantung mengetu meja sidang, "Diam semua. Setelah saya pikirkan masak-masak, sulit sulit bagi kita untuk mencari siapa yang paling penting. Bagaimana kalau sebaliknya, kita cari saja siapa yang paling tidak penting. "Pak Jantung berbicara semangat sekali sambil melirik salah satu peserta yang pendiam, yakni Bang Lubang Kentut. Upss. Tak dinyana, semua koor, "setujuuuu".

Akhirnya secara aklamasi, pilihan jatuh bulat-bulat pada-siapa lagi kalau bukan-bang Lubang Kentut! Serta merta Bang Lubang Kentut protes mengajukan PK, Peninjauan Kembali. Tapi sia-sia saja. Protes bang Lubang Kentut tenggelam dalam keriuhan sidang. Dan, tak lama kemudian sidangpun usai. Bang Lubang Kentut terdiam. "Apa yang aku lakukan untuk tuanku, ternyata tidak berharga sam sekali," batinnya. "Baiklah. Akan aku tunjukkan bahwa apa yang mereka putuskan itu salah besar.

Maka mulailah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sang tuan pun demam. Kadang panas kadang dingin. Satu persatu anggota tubuh unjuk sakit. Pak Jantung mengeluh, detak jantungnya lain dari biasanya. Yang biasanya stabil sudah tidak lagi. Jeng Bibir meradang, setiap kali bertugas pasti orang di sekitar tuannya ramai-ramai menutup mulutnya masing-masing. "Ada bau tak sedap," kata mereka. Mas Mata juga begitu, "Aku sering kelilipan dan berkunang-kunang, padahal tidak ada kunang-kunang yang hinggap pada diriku. Kenapa ya?" lalu, semua berkumpul. "Ya...ya...ya...kami juga!" Sungguh tidak seperti biasanya.

Mereka pun menunjuk tim investigasi untuk menuntaskan kasus ini. Setelah mendapat petunjuk dari sejumlah saksi, tim pun menangkap Bang Lubang Kentut sebagai satu-satunya tersangka. Akhirnya, di hadapan majelis hakim. bang Lubang Kentut pun mengakui bahwa ini semua terjadi karena dirinya melakukan mogok kerja. Jiak tuannya ingin buang angin, ia tidak merespon. Kalu tuannya ingin BAB, ia cuek saja. Pokoknya ibarat keran air, dirinya mengunci rapat-rpat keran itu. Mbah Kumis ketua majelis hakim yang berwibawa pun bertanya, "Jujurlah padaku. Apa sebenarnya yang kamu inginkan?".

Bang Lubang Kentut terbata-bata berkata, "Saya ingin menyadarkan semua pihak, meskipun posisi saya di bawah, tak elok dipandang, bukan berarti saya lantas tidak penting. Semua anggota tubuh sam pentingnya. Sudah sepantasnya kita saling sinergi sesuai dengai core/fungsinya masing-masing."

cerita ini dikutip dari : Buku, Be The Best (not "be asa"). Muhammad Karebet Widjajakusuma.
»»  READMORE...